Monday, January 12, 2009

HIV-AIDS

“Apa? Terinfeksi HIV-AIDS? Wallah....”

Aku melihat ke arah orang yang ditunjuk temanku itu. Laki-laki, hitam, kurus kering, rambutnya kusut, lemah. Aku hampir-hampir tidak percaya dengan yang kulihat, aku tidak lagi mengenal orang yang kukenal baik beberapa tahun silam itu.

Aku masih ingat pertemuan kami beberapa tahun lalu itu. Aku bertemu dengannya waktu aku ‘ngantor’ di sebuah tempat pelayanan konseling rohani Kristen. Hari sudah sore, ketika seseorang tiba-tiba mengetuk pintu dan mengatakan ingin berbicara dengan siapa saja yang ada di sana. Teman-teman kantor yang mengira kalau dia salah satu temanku dari sudut dunia lain, langsung ngacir dan pamit pulang begitu saja. Aku terpana melihat orang yang datang itu. Laki-laki, hitam/sawo hitam, besar, rambut kriting gondrong sepinggang, kaos dan celana lusuh, tangan bertato, muka sangar, dan aroma kurang sedap terpancar darinya. Whaaaaaaaaaaa....

Singkat kata, dia bercerita banyak sekali tentang hidupnya yang extra kacau berantakan, hitam, dan busuk. Kami berbicara lama sekali, dan akhirnya dengan air mata yang tak bisa tertahan lagi dia katakan, “Tolong saya... saya tak tahu lagi harus bagaimana mengakhiri kehidupan saya yang seperti ini”

Aku hanya menaruh tanganku di pundaknya (aku nggak tahu lagi hal terbaik yang bisa kulakukan untuknya), dan berdoa bersama.

Hari-hari berikutnya aku dan teman-teman pria bergantian memberikannya semangat. Tetapi perjalanan dalam panggilan terbukti tak mudah dilewati, seperti yang telah terbukti terjadi pada banyak orang yang kutemui.

Beberapa waktu kemudian, setelah tak mau lagi mendengar Firman Tuhan, tiba-tiba dia masuk penjara karena suatu kejahatan. Dia kembali mau mendengar Firman Tuhan, dibantu teman polisi, kami terus memberitakan Firman Tuhan untuknya. Dia kembali mendengar, tetapi meskipun kami telah memberikan yang terbaik, keputusan untuk mengikut Tuhan dengan sungguh-sungguh atau tidak terletak pada masing-masing pribadi.

Dia kembali melarikan diri ke dunia kegelapan, terhilang dan lenyap tak berbekas. Hingga beberapa hari kemaren aku melihat orang yang sama duduk di kursi gereja kami, karena dia meminta kepada ibunya untuk membawanya ke gereja kami. Di situ juga baru aku tahu kalau istrinya telah bunuh diri. Whaaaaa....

Orang yang sama, tubuh yang sama, mata yang sama, tetapi telah berubah total 100o. hitam, kurus kering, rambutnya kusut, lemah.

Aku tidak tahu, apakah ini anugerah, murka, predestinasi, free will, atau apa, yang aku tahu TUHAN sedang berperkara dengannya, dan kali ini DIA menggunakan HIV-AIDS untuk berbicara.

0 comments:

Post a Comment

Hi sahabat, tengkyu banget udah mau komentar... ayo semangat!!

Radio Worship

  © Blogger templates ProBlogger Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP