Samarinda Journey 1
Akhirnya, tanggal 6 November tiba. 5 Bulan penuh aku berkutat dan mempersiapkan segala sesuatunya, dari hal yang paling sepele sampai paling vital.
Desain brosur, kaos, sampai ID CARD, seluruh daftar peserta, tiketing, koordinasi, kendali informasi panitia, hahhhhh.... full.
Konsentrasi yang terpecah, tak terfokus, pelupa, sampai emosional adalah resiko yang harus aku tuai.
Agenda berubah! Itu biasa bagiku, tapi tidak bagi banyak orang lain. Aku tak tahu, itu mungkin karena kebiasaanku yang 'nomaden', seperti pengembara gypsi ha ha ha...
Desain brosur, kaos, sampai ID CARD, seluruh daftar peserta, tiketing, koordinasi, kendali informasi panitia, hahhhhh.... full.
Konsentrasi yang terpecah, tak terfokus, pelupa, sampai emosional adalah resiko yang harus aku tuai.
Agenda berubah! Itu biasa bagiku, tapi tidak bagi banyak orang lain. Aku tak tahu, itu mungkin karena kebiasaanku yang 'nomaden', seperti pengembara gypsi ha ha ha...
Ibu begitu mengkhawatirkanku yang nekat naik travel sore hari ke Jogja an barang bawaan berharga dan uang tunai puluhan juta milik panitia.
Sampai di Jogja Pk. 23.00. Di rumah Yopie ternyata bakal kedatangan tamu subuh nanti. Akhirnya aku,memilih untuk menginap di center sister. 100% kuakui hanya di jemaat, aku menemukan 'yang tidak akan kudpatkan di tempat lain', penerimaan, keramahan, ketulusan. Meski tengah malam, aku masih semangat membagikan kesaksian dan cerita-cerita menyenangkan.
Subuh, aku bangun. Satu sister telah menyiapkan air panas untuk mandi, nasi goreng dengan babi, teh hangat yang menyenangkan. Dan diantar 3 brother ke Bandara. Ahhh... praise God, sedikit kemudahan di tengah padatnya pikiran!
Sampai bandara, aku telah diperhadapkan dengan rombongan berjumlah 165 orang yang harus kutangani. Tak terbayang repotnya. Mulai dari name list, airport tax, bagasi, huaaahhmmm...
Yah.. semua selesai. Tapi justru aku yg bermasalah, peralatan serba gunaku ternyata terselip diantara barang di tas punggungku, disita, dan dimasukkan ke salah satu tas yang berderet. Dan... lenyap!
Sampai di Balikpapan Pk. 10.00 WITA. Ha ha ha... kenekatanku yang berikutnya muncul, ditanya oleh panitia setempat aku langsung menjawab, "Ya! Saya Ketua Panitianya". Diberi kalung khusus, diberikan salam, difoto, dan jadilah aku bertanggung jawab untuk pengaturan bis, angkutan dan lagi-lagi jumlah bagasi yang se 'Indonesia Raya banyaknya'.
Ha ha ha ... sok heroik, biasanya demikian komentar orang-orang, tapi aku cuek aja. Aku benci pada penakut, pecundang, munafik, dan orang yang hanya bisa berkomentar tetapi tanpa keberanian bertindak.
Perjlanan Balikpapan - Samarinda kami tempuh dengan bis dan 3 Kijang memerlukan waktu 2,5 jam. Aku menikmati perjalanan. Satu mobil dengan para pria yang sebelumnya selalu membuat masalah dan membuat 'keki'. Ha ha ha.... aku taklukkan mereka telak dengan kelakarku yang konyol dan kacau.
Mobilnya gede-gede, rumah kayu, hutan, jalanan naik turun, itu yang aku perhatikan di sepanjang perjalananan.
Sampai di Hotel Atlit. Ternyata ada kesalahan fatal yang terjadi. Hotel masih digunakan oleh PEMDA untuk kegiatan setempat, padahal bis sudah terlanjur pergi.Akhirnya seluruh kontingen terpaksa terjemur di pelataran selama kurang lebih 4 jam.
Menjelang sore barulah seluruh team diantar ke BLK Kehutanan, dan kesibukan dilanjutkan dengan pembagian kamar, bahkan makanan.
Sekitar jam 10 malam barulah semua usai, melewati rangkaian masalah, beban, emosional, kecapekan dan segala macam. Akupun langsung terkapar dengan suksesnya.
Hari berat 1 di Samarinda terlewat sudah.
0 comments:
Post a Comment
Post a Comment
Hi sahabat, tengkyu banget udah mau komentar... ayo semangat!!