Rembulan Perak di Pantura
9 April 2009. Aku di perjalanan pulang menuju salah satu desa kecil di Juana – Pati, di sudut pantura untuk mengisi liburan.
Meskipun aku lebih suka melakukan perjalanan bersama-sama teman, tapi akupun tidak kalah menyukai perjalan sendiri seperti sore itu. Tidak ada satupun pikiran berat yang menekanku, tidak ada deadline yang mengejar, tidak ada tanggung jawab yang besar, segalanya berjalan biasa, malahan sangat biasa seperti halnya orang-orang kebanyakan.
Aku duduk di deretan kursi paling depan supaya lebih enjoy menikmati perjalanan. Tidak ada yang menyapaku, tidak ada orang yang duduk di sebelahku. Aku diam, tetapi pikiranku mengembara jauh menembus laju kecepatan bis antar kota antar provinsi yang aku tumpangi ini.
Aku teringat jalan yang sama yang telah kutempuh entah berapa ribu kali ini. Menatap jalanan, pohon, bangunan, sawah, pegunungan, semuanya...
Aku merenungi perjalananku, mungkin lebih tepatnya perjalanan hidupku. Dari jauhhh... sebelum bertobat dan mengenal Yesus Kristus, hingga episode demi episode setelah itu. Masa sukar, pahit, airmata, dukacita, sukacita, patah hati, dan ...
Aku mengingat perjalananku di dunia politik yang membuat mataku terbuka selebar-lebarnya tentang ‘kegilaan-kegilaan’ yang terjadi di dalamnya. Intrik, siasat, agenda2, kerumitan-kerumitan, koalisi, kompromi, bahkan aku masih bisa mengingat wajah mereka satu persatu.
Ahhhh... iya! Ternyata 9 April yang sama 2007 yang lalu, aku menemui kenyataan yang senyata-nyatanya tentang panggung politik Kristen yang digembar-gemborkan banyak orang itu. Visi Misi partai yang mulia, profil partai yang mempesona, asas-asas partai yang menakjubkan yang ku hormati sejak aku terlibat atau lebih tepatnya terjerumus didalamnya sejak 2003 itu ternyata ...
Aku masih mampu mengingat wajah-wajah bengis, mata yang penuh menyelidik dan kecurigaan, tarikan senyum yang penuh tipu muslihat, kepribadian ganda, yang aku temui di setiap pertemuan. Ahhhaaa!!! Aku bahkan masih mengingat tatapan mata yang memandangku rendah itu. Aku masih mengingat kepahlawanan palsu, bibir manis, kepolosan yang naif di setiap pertemuan rahasia itu.
Aku masih ingat,kalau aku waktu itu mendapatkan perintah untuk tidak mempercayai orang lain selain 5 orang anggota teamku karena kami dituntut untuk memiliki loyalitas 110%. Aku masih ingat betapa tertutup dan waspadanya kami terhadap berbagai kemungkinan yang bisa terjadi, baik yang terburuk maupun yang terbaik. Bagaimana kami menjadi pribadi-pribadi yang terlatih, kuat, sigap, cekatan, waspada, dan juga saling melindungi satu sama lain.
Ahhhhh... aku menghela nafas panjang. Semua itu sungguh tak mudah berlalu dari otakku, terutama perjalanan panjang yang kutempuh sendirian setelah 9-12 April 2007 itu berlalu. Aku benar-benar tersesat di rimba politik yang sebenarnya sama sekali tak kumengerti dan kuinginkan.
Hari-hari panjang, sulit, dan bau busuk kemunafikan manusia masih terasa kental aromanya. Topeng-topeng rohani, kecerdasan, akhlak, etika, moral, tercampur dengan berbagai macam kepentingan. Orang-orang yang begitu dihormati namun tercela tingkah lakunya. Orang-orang yang begitu dipuja namun dikecam habis-habisan. Teror, ancaman, sindiran, ketidak percayaan, menjadi santapan harian selama berbulan-bulan.
Aku hanya berguna sebagai bodyguard! Aku hanya menjalankan tugas! Aku menghilangkan dan mematikan semua perasaan! Aku dibayar untuk mengatakan ‘ya’! Hanya itu yang kulakukan! Tidak ada yang lain.
Aku menjadi sangat apatis, egois, individualis! Aku berubah menyerupai orang-orang yang kubenci! Aku berubah dan ternyata mampu beradaptasi pada hal yang tak kusukai!!! Meeting demi meeting, pengaduan demi pengaduan, hidden agenda demi hidden agenda, senayan, lembaga peradilan, kantor dan hotel mewah, kafe, berhadapan dengan orang-orang besar, percaya diri, dan terlatih. Aku mengerti bagaimana berkelit, berlari, menyelamatkan diri, bahkan mencuci tangan terhadap tuduhan.
Kini setelah persis 1 tahun sejak semua kasus pertikaian ditutup, dihentikan, dan aku memutuskan ‘cuti’ untuk sementara waktu. Aku masih tak tahu, kapan semua ingatan itu 100% akan berlalu. Terkadang semua muncul begitu saja menimbulkan campuran perasaan benci, marah, kesal, apatis, dan mual yang tak tertahankan.
Hingga, sore hari di perjalanan menuju pantura ini. Mataku melihat rembulan berwarna perak diatas areal sawah yang membentang panjang. Langit berwarna biru, ungu, merah muda, oranye, dengan rembulan besar yang tergantung di tengahnya. Aku melihat sesuatu yang lama sekali tak lagi kuperhatikan.
Aku teringat lagi waktu kanak-kanak ketika aku, mas, dan ibu duduk di depan pintu menatap rembulan yang sama. Kami selalu berbicara tentang masa depan, tentang sesuatu yang masih jauh, sesuatu yang mungkin belum terpikirkan dan melintas di benak kami. Ternyata perjalanan panjang itu benar-benar terjadi, aku telah menjalaninya dan entah jutaan kilometer lagi yang terbentang di depan.
Rembulan berwarna perak terlihat persis di depanku, di sepanjang jalan menuju pantura ini. Aku kembali teringat pada perjalanan panjang yang menungguku di depan. Sesuatu yang besar, sesuatu yang luar biasa, sesuatu yang mungkin tak pernah terpikirkan olehku. Satu episode telah berakhir dan menyisakan kenangan yang memang sulit untuk dilupakan, tetapi ratusan ribu episode yang lain telah menungguku. Entah kapan dan dimana... bukan lagi karena dibayar tetapi karena Kerajaan Sorga!!
Butuh kekuatan, ketegaran, ketangguhan, tekad pantang menyerah, untuk melewati semua. Tetapi jika Daud, Hiskia, Paulus, dan ribuan orang lainnya mampu melakukan kehendak Tuhan pada jamannya, maka aku tahu akupun bisa. Tetapi aku tahu, itu bukan karena aku, tetapi karena RohNYA yang ada di dalamku. Aku hanya mau terus berlari, melanjutkan perjalanan panjang di depanku....
"Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang." (Lukas 4:18-20)
Langit telah mulai gelap, aku tersadar sepenuhnya dan bergegas berdiri ketika sopir meneriakkan nama kotaku, sambil memalingkan muka menatap rembulan perak yang masih tergantung di langit, aku hanya bergumam pelan, "perjalananku masih sangat panjang dan akan kulalui semuanya bersama TUHANku yang gagah perkasa, aku percaya akan ada hal besar di depan, dan aku tidak akan melewatkan semuanya begitu saja"
1 comments:
Nuwun sewu mbak Iik, membaca tulisan anda, mbak Iik ini agaknya termasuk karakter yang eksplosif juga ya? ^_^
Tapi biasanya wanita seperti mbak tergolong tipe wanita yang tangguh, tidak mau dikongkoni wong sembarangan, tidak gampang menyerah, berani berjuang sendirian (lonewolf)..
Teruskan perjuangannya mbak Iik..
Gusti Yesus mberkahi..
Shalom!
Post a Comment
Post a Comment
Hi sahabat, tengkyu banget udah mau komentar... ayo semangat!!