Post Power Syndrome
“O, itu ya.. yang namanya Post Power Syndrome... he he he he.. aku baru tahu. Udah pernah baca artikelnya tapi, kalo yang nyata ya’ baru tadi itu” kataku kepada salah satu teman
***
Seseorang, mantan atau pensiunan pejabat penting di Provinsi Jawa Tengah tiba-tiba muncul begitu saja di kantorku. Beliau bilang ‘nyamperin aja’ my BIG BOSS, tapi berhubung BIG BOSS sedang pergi jalan-jalan ke Korea Selatan, maka dia tiba-tiba saja nyerocos cerita sana sini kepadaku sebagai satu-satunya orang yang dikenalnya di kantor.
“Aku sekarang merasa tak berharga. Aku merasa perjuanganku, pengabdianku 11 tahun di Jawa Tengah tidak berharga sama sekali. Orang-orang tak menganggapku lagi. Si ini si itu, pada janji, tapi mana nyatanya...? Semuanya tidak ada yang terlaksana atau ditepati. Lalu kenapa si itu bisa dapat rumah bagus, dan aku tidak? Dsb.. dsb...”
Aku, karena hanya sedikit saja yang aku tahu tentang semua permasalahan yang dia katakan, memilih ‘jalur aman’ yaitu cengar cengir tanpa sebab sambil manggut-manggut ga jelas seperti boneka China yang biasa ditaruh di depan kasir-kasir.
“Kok kamu malah cengar cengir gitu? Kamu juga... bla bla bla...”
Lhah!! Beliau tahu juga kalau aku cengar cengir.. he he he he...
Aku berada diantara dua perasaan, antara kasihan dan kebingungan. Mau bersikap bagaimana dan bicara apa, karena takut ‘salah bicara’.
Akhirnya, karena merasa kedatangannya tanpa hasil, Beliau ini memutuskan pamitan. Kuantar dengan lemah lembut sampai ke tempat parkir, sambil tetap berbasa basi nggak jelas.
***
Sambil masih menatap ‘beliau’ berlalu, aku bercerita kepada salah satu teman tentang kondisi ‘beliau’ itu tadi, aku baru ‘ngeh’ kalau itu yang dinamakan Post Power Syndrome.
Aku bergumam, “Kira-kira ada Post Power Syndrome juga nggak di dunia hamba Tuhan dan kekristenan?”
“Ada ‘to ya...” sahut temanku sambil berlalu pergi
***
Ah ya, ternyata memang ada. Aku teringat dua orang temanku yang sering kusebut sebagai Paulus dan Timotius. Kalau ‘pas’ mampir ke kantor mereka paling senang bercerita tentang pengalaman rohani dan pelayanannya masa lalu. Tentang perjalan mereka ke pedalaman Kalimantan, Papua, menjangkau suku-suku yang bahkan tak kukenal namanya, juga tentang ceritanya memulai jemaat di sana sini.
“Sekarang bagaimana mas?” tanyaku suatu kali
“Ya, gitu deh! Aku nggak bisa lakukan lagi semua itu. Udah sibuk bisnis, cari duit, pelayanan yaaa... seadanya wae... Aku iri sama kalian yang masih muda dan semangat menginjil, tapi mau gimana lagi,...”
Ternyata ada juga yang seperti itu ya... pikirku
***
Lalu, seorang teman lagi yang menyebut dirinya dulu adalah Hamba Tuhan yang terkenal, selalu bercerita tentang banyak hal dalam hidupnya. Tuhan mengerjakan ini dan itu dalam hidupnya.
“Sekarang bagaimana Pak?” tanyaku
Dan, aku menemukan kembali jawaban yang sama seperti teman-teman lainnya.
***
Sabtu kemaren, aku bertemu dengan ‘seorang teman’ lagi yang namanya banyak disebut di situs sebelah. Dia sudah sangat berbeda dengan beberapa tahun lalu sebelum dia menjadi ‘terkenal’ seperti sekarang. Gemuk, tembem, dan entahlah...Dia hanya menyapaku “Hai!”
Ha ha ha ha... aku tertawa! Mentertawakan entah apa ... begitulah orang terkenal pikirku. Tidak ada lagi yang tersisa di ingatannya tentang beberapa tahun pertama perjalanannya di awal tangga ‘keterkenalan’ itu. Biasa...... terjadi berulang-ulang kepadaku... begitu terkenal ya udah deh lupa... ha ha ha ha... untung saja aku juga orang yang mudah lupa, jadi ya lupa juga... ha ha ha ha....
Aku hanya sempat berpikir, karena sebelum aku berbicara dia sudah dikelilingi orang-orang yang membutuhkan pelayanannya, “Wah keren juga lo sekarang.. tapi masalahnya banyak orang Kristen yang suka mengejar hal-hal instant itu cepat sekali bosan... jika kamu hanya terus bercerita tentang alam-alam roh, dunia dunia roh, dsb, tanpa pewahyuan baru, apakah orang tidak akan berlalu dan meninggalkanmu karena bosan? Karena sekarang saja, beberapa orang telah berbicara tentang kebosanan mereka padamu yang cuma berbicara yang ‘itu itu saja’. Marketingmu perlu diperbaiki tuh..."
Biasanya kalau aku berbicara seperti itu padanya di telepon, dia hanya mengatakan "Dasar sok tahu! Ha ha ha ha..."
Wah, aku nggak membayangkan kalau suatu saat nanti dia kena Post Power Syndrome.. gimana ya bentuknya? Ha ha ha ha...
***
Lalu, aku melihat satu poster besar terpampang di halaman KOMPAS Jawa Tengah tentang dibukanya sebuah gereja baru yang sangat terkenal yang di beberapa waktu terakhir ini sempat dikhawatirkan oleh teman-teman hamba Tuhan (yang mungkin bisa dibilang terkena sejenis Post Power Syndrome khusus gereja.. he he he he ...)
Entah alasan apa, tapi mereka mungkin khawatir jemaat mereka banyak yang berpindah ke gereja terkenal itu. Ah, kalau bicara ini pasti panjang... kok bisa begini begitu, dsb.
Aku kembali tertawa.. berapa lama sih.. semua kemegahan itu? Jika itu tidak dibangun oleh Tuhan, maka semuanya akan berlalu... lenyap ... dan hilang begitu saja.
***
Dan aku kembali ke renunganku tentang Post Power Syndrome, apa kira-kira aku akan mengalaminya juga beberapa tahun yang akan datang? Ketika tubuh ini tak lagi bergerak lincah, ketika keriput sudah menghiasi, ketika hitamnya rambut telah berubah warna, ketika semuanya telah menjadi jauh berbeda.. apakah semangat yang sama akan Kristus dan jiwa-jiwa yang terhilang masih membara di jiwa?
Semoga!!
Karena, aku tak ingin kehilangan api! Aku tak ingin kehilangan semangat! Aku tak ingin terhilang dan menjadikan kehidupanku di dalamNya... hanya menjadi kenangan yang telah berlalu, memudar dan hidupku berakhir merana___________
0 comments:
Post a Comment
Post a Comment
Hi sahabat, tengkyu banget udah mau komentar... ayo semangat!!