Pelayanan Kamar Mandi
"Ik, tolong buatkan design ini... selesai jumat ya.. terus yang itu... ingat harus selesai sebelum minggu. Oya... jangan lupa kamu telpon semua yang akan ditahbiskan! Suruh mereka datang selasa pagi sambil membawa semua perlengkapan dan surat-surat yang dibutuhkan. Ingat, atur juga gedung yang akan kita gunakan sebagai tempat pertemuan"
"Siap... " hanya itu jawabku
"Kok bisa sih kamu siap aja melakukan ini dan itu yang diperintahkan begitu saja? Dan tidak melawan?" tanya seorang temanku
"Kenapa memangnya? Aneh? Nggak lah..." jawabku
"Ehm... kayak..." katanya lagi
"Kok nggak dilanjutkan? Kayak kacung maksudmu? Whateve... lah... mirip kacung pun aku tidak peduli! Coba kamu mikir sebentar, jika tidak ada aku yang diperintah seperti itu, kau pikir siapa lagi yang akan atur semuanya? Ini masih mendingan, biasanya aku melakukan hal2 yang kelihatannya lebih buruk dari ini"
"Bukan begitu maksudku... kan semua yang kamu lakukan ini tidak bisa dilihat..." jawabnya lagi
"Teman, tidak semua orang harus jadi singer, tidak semua orang berkotbah, tidak semua orang penerima tamu atau apapun yang terlihat... bagaimana dengan pelayan yang bertugas di kamar mandi atau di tempat-tempat lain yang tidak terlihat? Bagimana menurutmu dengan semua itu?"
"Ehmmmm..." temanku hanya terdiam sambil menggelengkan kepala
"Mari kita bicara teman..." jawabku
***
Tidak ada yang 'kebetulan saja' di hidup ini, aku percaya itu. Dibesarkan di keluarga besar dengan nomor urut anak ke 9 dari 9 bersaudara yang 8 orang diantaranya laki-laki, juga bukan kebetulan.
"Perempuan sendiri 'kan enak.. bisa dimanja" itu komentar banyak orang
Beberapa mungkin seperti itu. Tapi tidak denganku. 80% tanggung jawab rumah menjadi tugasku. Mulai dari menyiram pelataran rumah yang sangat lebar (karena di kampung), dan membersihkan seisi rumah yang extraaaaaaaa besar yang mungkin 4 atau 5 kali besarnya dibanding rumah type 48 yang aku huni sekarang (karena rumah joglo kuno yang terdiri dari 4 bagian yakni pendopo, ruang tengah, 3 senthong/kamar tidur besar2, dapur, dan pekarangan ayam, 3 kamar mandi, dan 3 wc).
Dulu aku sering protes jika disuruh ini itu, "Kenapa sih beli dedak (pakan ayam) juga harus aku, kan tadi aku udah ambil bunga dan jual di pasar?"
Ibuku selalu menjawab, "Lakukan semua dengan sepenuh hati, maka tidak akan terasa berat bagimu"
Aku selalu berpikir, ibu tidak mempedulikan kulitku yang 'gosong' karena mesti mengayuh sepeda di siang bolong sambil membawa pakan ayam dari penggilingan padi yang 2 desa jauhnya, tidak mempedulikan otot2 tanganku yang menonjol seperti laki-laki karena sering mengangkut beban yang berlebihan, tidak mempedulikan telapak tanganku yang 'kapalan' karena selalu saja menggosok serta membersihkan ini itu (jadi nggak pede ikut Kopdarnas neh... he he he)
Ibuku hanya selalu menjawab, "Kamu mau bergantung sama siapa lagi? Jadilah kuat seperti laki-laki!"
Dan, lagi-lagi aku hanya menurut tanpa melawan, karena aku nakal dan brengsek hanya di luar rumah.
***
"Tapi keluargamu kan..." komentar temanku
"kenapa? terhormat? Tidak denganku! Mari kulanjutkan ceritaku"
Bahkan di saat2 pestapun aku tidak pernah mendapat tempat di depan, atau didandani cantik2 seperti anak2 gadis pada umumnya.
Mungkin itu karena faktor penampilanku yang 'buruk', tidak cantik, hitam, dan kasar. Bahkan saat pesta2 keluargapun aku selalu mendapat bagian "pelayan kamar mandi".
Ketika anak2 perempuan lain sibuk bersolek dan berdandan, aku harus memastikan apakah air masih ada, peralatan mandi tersedia, dan kloset bersih. Jika pompa air ngadat, maka aku yang 'lagi-lagi' harus mengambil air dan mengisi bak2 tersebut sampai penuh.
Bahkan suatu kali, ketika semua anak gadis yang sebaya diberikan tugas sebagai penerima tamu yang berdandan cantik, aku hanya petugas cuci piring di sumur tetangga. Berteman abu gosok, dan jelaga ... huaaaa mirip Upik Abu...
Aku menangis, tapi ibu bilang itu tidak apa-apa. Karena semua orang mendapat bagian sendiri2 dalam hidupnya. Kalau tidak ada yang cuci piring bagaimana? Kalau tidak ada yang bersihin kamar mandi bagaimana? Kalau tidak ada yang ngepel bagaiman?
Dan aku lagi-lagi menurut!
Semua menjadikanku sulit mengerti pembicaraan kakak2 ipar 'perempuan' yang seringkali bergosip atau membicarakan model ini dan itu yang takk kupahami sama sekali.
Semua itu juga menjadikanku sulit menangkap pembicaraan kasar kakak2 laki-laki ku yang sering sibuk berargumentasi atau berdebat tetang segala macam yang ada di dunia ini. Bahkan seringkali perdebatan2 tersebut diwarnai dengan makian yang diantaranya sering disebut2 juga di SS (contohnya; bacot atau di kampungku singkatan dari 'banyak cocot' ini adalah bahasa paling kasar di Juana-Pati-Pantura Jawa).
Aku tidak banyak mengerti semua perbicangan. Aku hanya mengerti 'lakukan perintah ibu', 'berikan yang terbaik', belajar, tidur dan makan... yah berantem hanya kadang2 aja kalo kepepet dan pengen... he he he..
Dulu, aku juga protes, "Karena aku nggak pernah ikutan nggosip, berdebat dan sejenisnya aku jadi kuper bu..."
"Lebih penting mana... kamu ikutan2 seperti itu apa melakukan perintah ibu"
Yahhhh... menurut lagi deh!!
Hingga akhirnya di dunia pekerjaan,akupun jarang peduli pada perdebatan-perdebatan teologis teman-teman 'hamba Tuhan' meskipun aku kadang terlibat tugas didalamnya.
"Kenapa nggak nebeng terkenal atau apa gitu... kan gampang 'tuh kalo kamu mau ikutan seperti mereka, bisa kaya dan tenar..." begitu temanku katakan
"Kamu tak mengenal mereka. Mereka kadang terlihat hebat dari luarnya saja, tapi tidak demikian didalam atau di belakang.Bukan meremehkan dialog dialog teologis, ataupun debat-debat, dsb, tetapi pertanyaannya adalah apakah mereka melakukan yang mereka beritakan dan katakan? Sebelum banyak bicara, lebih baik kita telah melakukannya terlebih dahulu, sehingga kita bisa sungguh - sungguh menjadi teladan dan surat Tuhan terbuka yang tertulis dalam loh-loh hati manusia. Karena, apa gunanya suatu perdebatan seru jika tidak disertai ketaatan dalam melakukan kehendakNya? Bukankah begitu teman?" Itu jawabku
***
"Hidupmu menyedihkan ya?" tanya temanku lagi
"Dulu mungkin iya, tapi sekarang tidak lagi" jawabku
"Emangnya kamu masih lakukan seperti itu sekarang ini" tanya dia
"Iya! Emang kenapa, setiap hari sebelum pergi bekerja, itulah yang kulakukan. Mengepel lantai, menyiram semua tanaman, menyikat kamar mandi, membereskan semua, sampai memberi makan anjing, dan memastikan semua rapi! Aku tidak lagi melakukannya karena tugas atau perintah, tetapi aku mau saat ada tamu datang ke rumah, mereka merasa nyaman di dalmnya!" jawabku
Ternyata menjadi 'pelayan kamar mandi', 'pelayan kebersihan' memberikanku makna yang luar biasa. Apalagi setelah bertobat lahir baru.
Aku menjadi mengerti luar biasanya anugerah Tuhan yang membersihkanku dari kotoran2 kenajisan dosa yang melekat padaku, dulu.
Aku menjadi mengerti, betapa rendah hatiNya dia yang rela turun ke tempat-tempat busuk untuk menemukanku yang ternyata bernilai di mataNya.
Aku menjadi mengerti betapa dahsyat kasihNya, hingga aku yang tak berharga diubahNya menjadi ciptaan yang indah dan mulia.
Aku menjadi mengerti betapa hebat dan luar biasa PanggilanNya di hidupku... lebih dari apapun juga.
***
”Oke, aku mengerti. Tapi apa hubungannya dengan pelayanan kamar mandi yang kau maksudkan tadi" tanya temanku lagi
"Bodoh! Kamar mandi, memang bukan perhatian utama seorang tamu, tapi meskipun bagian2 rumah lainnya terlihat luar biasa, tetapi bagaimana jika seorang tamu mendapati kamar mandi yang jorok dan menjijikkan? Apakah 'image' yang terbangun pada diri sang tuan rumah itu? Jangan sepelekan sudut kecil dan tersembunyi itu!! Jika kamu tidak mulai setia melatih serta membersihkan yang kecil dan tidak terlihat dalam dirimu dengan ketaatan penuh dan kerendahan hati, bagaimana mungkin kamu bisa melakukan sesuatu yang besar di hadanNya. Kamu bisa saja terlihat luar biasa di hadapan banyak orang. Tapi bagimana di dalam kamu? Masih adakah sudut tersembunyi yang menjijikkan di hadapanNya? Bisakah kau pikirkan sekarang hubungan dari semua yang kukatakan? Karena bagiku, hidupku bukan aku lagi melainkan Kristus yang hidup di dalamku... Jika Roh Kristus hidup dan tinggal dalamku, adakah akan kubiarkan salah satu sudut kehidupanku jorok, bau dan menjijikkan dengan sengaja? Apalagi setelah Ia menunjukkan bagian itu belum terawat dan dibersihkan?” jawabku panjang kali lebar
Ternyata 'pelayanan kamar mandi' yang kulakukan selama ini, benar-benar membawa makna luar biasa bagiku...
4 comments:
Aku senang mendengar kisah hidup teman-temanku. Dengan begitu aku bisa mengambil intisari dari apa yang disajikan. Kisah ini, selain bermanfaat, juga menarik bagiku.
Kisahnya sungguh memberi inspirasi mbak... jadi tau mbak lebih dalam... ayo semangggaaaatttttt!!!
tiap2 org dah diberi talenta masing2 yang harus kita kembangkan... sekecil apapun itu sangat berarti dimataNya... aku jg semangat deh mbak.... :D GBU
halo, mbak. ini kunjungan pertamaku. salam kenal yah. setiap peran besar maupun kecil mempunyai arti. sekecil apapun peran itu, bila dilakukan dengan sungguh2, hasilnya luar biasa. GBU :)
Post a Comment
Post a Comment
Hi sahabat, tengkyu banget udah mau komentar... ayo semangat!!