Wednesday, May 06, 2009

Aku Tidak Mengenalmu




"Aku ga ngerti neh maksud anak-anak.Si Titis, malah putus sama Hengky. Ga tahu piye dan sapa yang salah. Udah pacaran dua tahun malah putus gitu aja karena dia kenalan sama cowok baru 3 hari yang lalu. Apa dianggapnya mudah mengenal orang? Aku aja yang udah kumpul 15 tahun, kadang-kadang merasa ga kenal 'dia'. Huh!! Aku kesal...!!!" kata ibuku sambil menunjukkan wajah yang benar-benar marah

Titis itu nama adikku, beberapa hari ini memang aku mendengar ada sedikit keributan antara dia dengan pacarnya, tetapi karena merasa tidak ada urusan sedikitpun maka aku cuekin aja semuanya. Tapi tentang ibuku dan ‘papiku’ yang udah 15 tahun bersama, dan ibuku sering merasa ‘tidak mengenalnya’? Nah ini yang seru...

Kok bisa ya... 15 tahun hidup bersama dan dia bilang tidak mengenalnya (apalagi aku ....:-)) Bagaimana yang 2 tahun? Lalu bagaimana yang 2 hari? Lebih jauh lagi, bagaimana lagi dengan orang yang dikenal di dunia maya? Siapa yang tahu 'segala sesuatu' yang tersembunyi di balik topeng manis manusia? ¨Padahal, manusia terkenal sebagai mahluk yang paling pintar bersandiwara. Kelicikan, kedengkian, amarah, kejahatan, tipu daya, bisa tersimpan dan terbungkus rapi di balik senyuman dan keramahan.

Alkitab menuliskan, betapa liciknya hati lebih licik dari segala sesuatu... Tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dibuka, tidak ada... jadi siapa yang sanggup menyembunyikan diri di hadapanNya?

Aku tak mengenalmu.... aku tak mengenalmu... ah... ya.. bukannya itu ada ayatnya di Alkitab? Kisah gadis bodoh dan gadis bijaksana di Matius 25, di ayat 11, Tetapi ia menjawab: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya aku tidak mengenal kamu.

Apa yang salah? Kenapa mereka ditolak? Bahkan lebih jauh lagi, mengapa mereka ‘pada akhirnya’ malahan tidak diakui? Mari kita lihat lebih jauh cerita ini,

"Pada waktu itu hal Kerajaan Sorga seumpama sepuluh gadis, yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong mempelai laki-laki. Lima di antaranya bodoh dan lima bijaksana. Gadis-gadis yang bodoh itu membawa pelitanya, tetapi tidak membawa minyak, sedangkan gadis-gadis yang bijaksana itu membawa pelitanya dan juga minyak dalam buli-buli mereka. Tetapi karena mempelai itu lama tidak datang-datang juga, mengantuklah mereka semua lalu tertidur. Waktu tengah malam terdengarlah suara orang berseru: Mempelai datang! Songsonglah dia! Gadis-gadis itupun bangun semuanya lalu membereskan pelita mereka. Gadis-gadis yang bodoh berkata kepada gadis-gadis yang bijaksana: Berikanlah kami sedikit dari minyakmu itu, sebab pelita kami hampir padam. Tetapi jawab gadis-gadis yang bijaksana itu: Tidak, nanti tidak cukup untuk kami dan untuk kamu. Lebih baik kamu pergi kepada penjual minyak dan beli di situ. Akan tetapi, waktu mereka sedang pergi untuk membelinya, datanglah mempelai itu dan mereka yang telah siap sedia masuk bersama-sama dengan dia ke ruang perjamuan kawin, lalu pintu ditutup. Kemudian datang juga gadis-gadis yang lain itu dan berkata: Tuan, tuan, bukakanlah kami pintu! Tetapi ia menjawab: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya aku tidak mengenal kamu. Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya."

Persamaan mereka:

  • Mereka sama-sama menyongsong mempelai
  • Mereka sama-sama membekali diri dengan pelita
  • Mereka sama-sama tertidur

Perbedaannya adalah:
5 gadis bijaksana membawa bekal minyak sedangkan 5 gadis bodoh ini tidak. Bagaimana ini bisa terjadi? Sedikit perenungan, dan juga Firman Tuhan dibagikan menghasilkan sedikit kesimpulan bagiku:

Gadis bijaksana ini sudah memperkirakan bahwa sang mempelai akan hadir ‘terlambat’ dari waktu yang ditentukan, sehingga dia membawa persediaan jika minyak di pelita sudah habis. Kemungkinan mereka telah berpikir sebelum berangkat dari rumah untuk membeli persediaan minyak di tukang minyak yang dilewati mereka, supaya jangan sampai mereka tidak ‘menjalankan’ tugas ‘hanya dikarenakan minyak yang habis’. Perhitungan yang luar biasa matang terjadi disini.

Apakah cukup sampai disini? Belum

Mereka menolak permintaan dari gadis bodoh yang meminta ‘sedikit’ minyak mereka, karena mereka tahu bahwa minyak itu tidak akan cukup jika harus dibagi lagi antara mereka dan para gadis bodoh. Karena apa gunanya, jika dia terlihat ‘berbaik hati’ tapi justru mencelakakan semua orang?

Cukup? Belum

Mereka menyuruh gadis bodoh untuk membeli kepada penjual minyak. Ini bukan maksud jahat, karena mereka ingin para gadis bodoh ini juga tetap menyongsong sang mempelai. Aku kira begitu...

Cukup sampai disini? Belum

Perumpamaan ini menjelaskan betapa seriusnya para gadis bijaksana untuk mempersiapkan diri menyongsong ‘mempelai’. Sedangkan para gadis bodoh menganggap enteng persiapan mereka, menganggap semuanya bisa dengan mudah diatasi dan diatur. Dan akibatnya? Akan tetapi, waktu mereka sedang pergi untuk membelinya, datanglah mempelai itu dan mereka yang telah siap sedia masuk bersama-sama dengan dia ke ruang perjamuan kawin, lalu pintu ditutup.

Pengalaman sebagai ‘tenaga lepas event’, membuatku mengerti arti cerita ini. Jika kami mendapatkan ‘order’ untuk menangani suatu acara Seminar, Konggres, Rapim, dsb, maka Sekretariat adalah tempat yang ‘maha penting’, karena dari situ berada ‘nyawa’ dari suatu acara. Kami tidak pernah bisa gegabah dalam memperhitungkan segala sesuatu. Hal – hal kecil yang jarang diperhitungkan orang, itulah yang kami perkirakan: Contoh sederhananya:
  • Berapa komputer/laptop/LCD cadangan untuk ‘tampilan depan’?
  • Berapa cadangan orang yang sanggup mengoperasikannya dengan baik?
  • Berapa orang, dan siapa yang layak menjadi ‘petugas’ di pintu masuk? Apakah orang itu dalam kondisi sehat atau tidak?
  • Berapa banyak petugas pendaftaran? Berapa banyak pengawas makanan?
  • Apakah Wireless bekerja dengan baik? Sudah tersediakah petugas ‘helper’ yang membantu?
  • Berapa banyak kertas, CD, dan alat-alat kecil yang telah kami sediakan? Cukupkah? Tersediakah semua di tempat yang mudah dijangkau?
  • Bagaimana akses keluar, adakah pintu lain untuk menerobos jika hal-hal yang tidak diinginkan terjadi
  • dll

Itu membuat kami sedikit banyak diharuskan untuk lebih ‘perfeksionis’ dibanding panitia-panitia kebanyakan. Jika kembali kepada kisah gadis bijaksana dan gadis bodoh ini, maka sudah jelas bahwa pertimbangan dari gadis bijaksana ‘melampaui’ dari yang ‘biasa’ diperkirakan kebanyakan orang. Di situlah ‘nilai plus’ mereka, yang akhirnya mendatangkan kebaikan bagi mereka.

Lanjut! Lebih tragis lagi kisah ini ditutup dengan satu kata aneh di belakangnya yang mungkin tidak disadari banyak orang yaitu, Kemudian datang juga gadis-gadis yang lain itu dan berkata: Tuan, tuan, bukakanlah kami pintu! Bukankah mereka gadis yang sama? Penurunan ‘penyebutan’ ini sungguh mengenaskan, karena jika di ayat2 sebelumnya hanya disebutkan sebagai ‘gadis bodoh’ maka di ayat ini sudah disebutkan sebagai ‘gadis gadis yang lain’, mungkin sama artinya dengan sebutan ‘orang lain yang sudah tidak masuk hitungan lagi’.

Hemmmmmmmm.... ternyata kisah ini menjadi sangat panjang dan pernyataan penutupnya lebih mencengangkan lagi, yaitu Tetapi ia menjawab: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya aku tidak mengenal kamu.

Jika 'pas kebetulan' bertugas di EO 'pengantin', dan salah satu orang cewek penerima/pengantar tamu, atau penyambut pengantin, ‘tidak melaksanakan tugas sebagaimana seharusnya’, paling banter ‘kena semprot’ dan dampratan, tetapi tidak demikian halnya di kisah ini, karena mereka langsung ‘dicoret’ dari daftar peserta pesta, sungguh tanpa ampun!!

Aku teringat dengan seorang teman 'baru' yang dengan enteng bercerita tentang dirinya, "Aku aktif di pelayanan, berada di depan jemaat, memuji Tuhan, dsb, dan semua orang tertipu. Mengira aku orang yang sungguh2 'cinta Tuhan', padahal sama sekali tidak. Di balik semua pelayanan yang aku berikan, aku tahu sebenarnya aku sangat tidak layak di hadapan Tuhan, najis, kotor, dan memuakkan. Aku dipenuhi kepahitan, amarah, dendam, sakit hati, dan juga hawa nafsu tinggi. Aku merokok, minum, mabuk, nongkrong ga jelas di simpang 5 tiap malam tapi tetap 'manis' di rumah dan di gereja. Arrggggh... sampai akhirnya aku benar2 capek dengan semua 'sandiwara ini dan berteriak... "Tuhan kau beneran ada nggak sih?"..

Aku percaya, Tuhan masih sangat luar biasa baik, karena DIA membuat hatinya kosong dan hancur sehingga meneriakkan pertanyaan "Tuhan kau beneran ada nggak sih?".. (Karena TUHAN juga yang bisa melembutkan dan mengeraskan hati manusia). Yang pada akhirnya membawa dia kembali kepada ‘hubungan’ yang benar dengan Tuhan. Bagaimana jika tidak? Bagaimana jika justru ayat ini yang terjadi?

Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!" (Matius 7:22-23).

Kehidupan dalam Tuhan, seharusnya tidak lagi berbicara tentang bagusnya ‘pelayanan’, hebatnya ‘karunia’, seberapa banyak 'pengetahuan' tetapi kembali ke dalam ketaatan mutlak kepada perintah Tuhan. Lebih ‘dalam’ lagi, bagaimana kita mengerti perintah Tuhan, jika kita tidak memiliki hubungan dengan DIA? Bagaimana kita memiliki hubungan dengan DIA,jika masih ada dosa yang belum kita selesaikan denganNYA?

Sebagai penutup tulisan ini, aku diingatkan pada Wahyu 3:15-21, Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas! Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku. Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang, maka Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari pada-Ku emas yang telah dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat. Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah! Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku. Barangsiapa menang, ia akan Kududukkan bersama-sama dengan Aku di atas takhta-Ku, sebagaimana Akupun telah menang dan duduk bersama-sama dengan Bapa-Ku di atas takhta-Nya.

Jujurlah pada diri sendiri! Hanya diri sendiri dan Tuhan yang tahu ‘kondisi diri kita’ yang sebenarnya. Kalau memang sudah suam, kalau memang sudah tidak lagi menghauskan dan berhasrat kepada Tuhan, jika kerohanian kita memang sudah ‘melarat, miskin, buta dan telanjang’ mengapa mesti bersembunyi? Akui saja di hadapan Tuhan... dan beli dari pada-Ku emas yang telah dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat.

Kehormatan di hadapan BAPA di SORGA, itu yang sebenarnya jauh lebih penting daripada semua kehormatan yang bisa didapatkan di dunia ini. Lebih jauh lagi, seperti yang dinasehatkan Paulus, Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak (1Korintus 9:27).

Pilihlah!! Selagi masih ada waktu! Sebelum pintu tertutup dan suara ini terdengar... Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"

1 comments:

shane tjia May 09, 2009  

terimakasih untuk tulisannya. Jadi mengingatkan saya kembali untuk sungguh-sungguh mempersiapkan diri "menjemput Sang Mempelai"
God bless.


http://shanetjia.blogspot.com/

Post a Comment

Hi sahabat, tengkyu banget udah mau komentar... ayo semangat!!

Radio Worship

  © Blogger templates ProBlogger Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP