The Calling
Angin bertiup keras, hujan deras tercurah ke bumi, pepohonan meliuk-liuk mengikuti arah angin yang menerpanya. Aku di ruang kantorku, sendirian, diam dan memandang dari balik jendela kaca. Aku teringat kepada seorang anak ‘punk’ berumur belasan tahun yang kami temui dan ajak berbicara sabtu kemaren. Rambut ‘tidak jelas modelnya’, cuek, bercat kuku hitam, gelang dan kalung etnik, celana lusuh, tato dan anting. Aku seperti menemui diriku beberapa tahun silam. Jika waktu itu sebutan ‘punk’ sudah marak di kota ini, mungkin orang-orang telah memasukkanku dalam kategori tersebut.
Hingga, Yesus Kristus menarikku dari kegelapan, membebaskan, membersihkan, menyinariku, memberikanku jati diri yang sama sekali baru, memberikanku tujuan dan makna kehidupan.
Angin bertiup makin kencang, air hujan semakin tercurah deras dari langit. Aku masih menatap dengan diam dari balik jendela. Mataku menatap bis-bis antar kota jurusan JOGLOSEMAR yang masih nekat melaju kencang. Aku masih mengenali bis-bis yang yang sama yang pernah mengantarku menjelajah masuk daerah yang berjarak 6 jam dari tempatku berdiri sekarang.
Ah.. aku masih mengingat waktu itu, dengan semangat membara aku lewati kota kota demi pemberitaan Injil Kristus, demi orang-orang yang dimenangkan bagi Kristus di daerah asing dan tandus. Aku masih mampu mengingat mata yang bersinar-sinar menatapku waktu mendengar pemberitaan pembebasan dosa itu keluar dari mulutku.
Hingga.. sesuatu datang, memutar balikkan duniaku, memberikanku warna yang semula tak kusukai namun dengan terpaksa harus kujalani. Bertemu, disatukan dengan orang-orang yang kubenci, namun harus kupatuhi. Kemegahan semu, visi misi palsu, senyum-senyum kemunafikan yang harus kuabadikan, kurekam, kutuliskan berlabur kebohongan. Aku belajar mencintainya, meski dengan terpaksa. Aku membiarkan diriku tenggelam dengan sadar dan tak lagi berusaha melawan
Hingga... waktu berlalu dan berperkara, kehancuran kemegahan semu itu terjadi tepat di hadapanku. Episode demi episode kehancuran kuabadikan dan kurekam tanpa aku berusaha mencegahnya. Duniaku kembali berputar cepat, meninggalkanku kembali dalam kesunyian hati tak berujung, dan kutemui nyalaku tak lagi sama, panasku tak lagi seperti yang seharusnya.
Aku masih berada di balik kaca jendela, duduk, diam dan memandang angin yang bertiup kencang dan air yang tercurah deras dari langit. Panggilan itu kembali menarikku pergi. Pergi menjelajah hari, memasuki tanah-tanah asing, berjumpa dengan hati dan jiwa yang dahaga dan hampa...
Aku menatap ke langit dan bergumam pelan, “Mampukah kulewati ujian terakhirMu di episode ini? Sanggupkah aku membayar harganya kali ini?”
Jika demi pemberitaan Injil, jika demi jiwa-jiwa, jika demi pembebasan dosa, jika demi pertobatan, jika demi api, jika demi kehendakMu terjadi...
Aku harus meninggalkan zona nyamanku
Aku harus meninggalkan duniaku
Aku harus meninggalkan cita-citaku
Aku harus meninggalkan masa depanku
Aku harus meninggalkan orang-orang yang kucintai
Aku harus meninggalkan impian pasangan hidupku!!!
Ah...
Sukacita yang tak tertandingi itu rindu kumiliki kembali
Sukacita hebat yang melebihi apapun itu rindu kedekap erat lagi
Lebih dari semua kemegahan,
Lebih dari semua kemewahan,
Lebih dari semua mimpi terindah yang mungkin bisa kudapatkan
Angin masih bertiup kencang, dan hujan masih turun deras... terdengar di speaker computerku... satu lagu kesukaanku
We want to run to the altar
and catch the fire...
To stand in the gap
Between the living and the death
Give us a heart of compassion
For a world without vision
We will make a difference
Bringing hope... to our land
Lagu itu menyindirku, melukaiku sangat dalam tanpa berdarah. Ketukan di pintu hati itu masih terdengar... semakin keras.. semakin mantap... semakin menghantam... membuatku tak nyaman berguling di kehangatan dan kenyamananku
Di luar jendela, angin masih keras bertiup, air hujan masih tercurah deras, seperti dosa yang makin menghujam tak terkendali meracuni jiwa-jiwa kering dan hampa di negeri ini...
Aku masih termangu dalam ragu di balik jendelaku...
Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu,
yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku.
Lukas 14:33
Namun demikian Aku mencela engkau,
karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula.
Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh!
Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan.
Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu
dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya,
jikalau engkau tidak bertobat.
(Wahyu 2:4-5)
Catatan satu episode tukang kamera yang tersesat di dunia intrik dan polemik politik.
0 comments:
Post a Comment
Post a Comment
Hi sahabat, tengkyu banget udah mau komentar... ayo semangat!!