Sunday, June 13, 2010

Kisah Sang Mempelai

Aku memperhatikan wajahku di cermin sekali lagi. Blush on, eyeliner, bedak, lipstick, rambut. Ah sempurna… pas dengan wajah ovalku yang berwarna coklat. Penampilanku terlihat berbeda dari biasanya.

“Cepetannnnn! Udah ditunggu Kwan Yan di dekat meja penerima tamu” teriak Eddy Tan sahabatku dari balik pintu

***


“Pasangan pengantin kali ini berbeda. Pengantin pria akan akan datang dengan kapal dari seberang sana, pengantin wanita menari dari sini. Efek dramatisnya dari lampu akan begini … begitu… Kalian harus memperhatikan bunga yang dibawa oleh tamu, karena itu identitas tempat duduk mereka. Tamu VIP disana… para hamba Tuhan disana… lalu teman-teman perusahaan disana… Kalian perhatikan baik-baik detik makanan, lampu, tamu, lagu, artis yang menyanyi. Kerja yang bagus yah… aku berharap kalian berikan yang terbaik” Jelas Kwan Yan, demikian aku memanggil pimpinan EO Wedding kali ini.

Secepatnya aku menempatkan posisi di tempat yang sudah ditentukan.

Ini pekerjaan sampingan yang sering kukerjakan di sela-sela kesibukanku bekerja sebagai tenaga administrasi di suatu perusahaan swasta. Menyenangkan, karena kami selalu terpancing dengan kreativitas baru yang menyegarkan. Tidak butuh banyak modal, karena hanya sedikit dandan, senyum, dan kerja keras. Untuk itu kami biasanya dibayar yah… beberapa puluh ribu sampai beberapa ratus ribu selama beberapa jam (tergantung besar kecilnya acara). Lumayanlah…

Detik demi detik kami perhitungkan secara teliti, setiap momen begitu berharga dan kami harus memperhatikan dengan seksama setiap sudut, aktifitas tamu, arah datangnya pelayan, meja, makanan, minuman, anak-anak kecil, penerima tamu, bahkan letak toilet. Selama bekerja kami dilarang keras bengong, cengengesan, apalagi blank!

Akhirnya, acara megah itu selesai dengan meriah, sukses dan menyenangkan. Tiba giliran para petugas untuk makan di sudut yang telah disediakan. Hidangannya sih komplit, sama seperti yang dimakan para tamu, tetapi terlihat penuh karena semua ‘tumplek bleg’ diletakkan di satu meja.

Huaaaaaaaaaaahhhh… buanyakkkkk!

“Asik ya… menyenangkan pestanya” komentarku pada satu teman petugas (tidak semua petugas kukenal karena kami bekerja hanya berdasarkan ‘order berbayar’ dan tidak terikat dengan EO tersebut.

“Iya… wah… jadi membayangkan pernikahan orang-orang yang lebih kaya lagi… lebih terkenal lagi… lebih hebat lagi… kira-kira gimana ya?”

“Aku sih berangan-angan ikut di pernikahan terakbar di seluruh alam semesta. Mempelai prianya amat sangat hebat, dan mempelai wanitanya sangaaaaaaaaaaaaaaattt… luar biasa” jawabku sambil memasukkan potongan makanan ke mulutku

“Oya? Kamu kenal sama EO nya? Kamu mau nge ‘job disana? Bayarannya gede donk… ajak aku to..” Tanya dia nyerocos

“Ha ha ha ha ha ha ha… mau tahu? Itu tuh yang ditulis di Alkitab. Pernikahan tentang Yesus dan jemaat… bla bla…” aku meneruskan pembicaraan dengan semangat

“Ah kamu! Imajinasimu itu lho…” sahut Eddy Tan yang sibuk makan sambil menyikutku

“Ha ha ha ha … kalau saat itu datang… aku bakal jadi tamu, bukan EO ‘pocokan’lagi kayak gini.

"Ha ha ha ha…” Jawabku sambil tertawa lebar

Semua yang duduk di meja ikut tersenyum melihatku yang asik berbicara heboh…

“Ehmmm… pernah nggak terbayangkan olehmu itu akan menjadi kisah mempelai terhebat yang pernah kalian dengar?” sambungku

Dan pembicaran kami tentang kisah sang mempelai dan undanganNya kepada semua orang, termasuk kepada teman-temanpetugas EO ‘pocokan’ itu terus berlanjut…

Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri.
Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil.
Segala sesuatu ini aku lakukan karena Injil, Supaya aku mendapat bagian dalamnya.
1 Korintus 9:16, 23


Sesuatu Tentang “Kamu”
1. Mereka Memanggilku “Kamu”
2. Lebih Dari Konser
3. Kisah Sang Mempelai

0 comments:

Post a Comment

Hi sahabat, tengkyu banget udah mau komentar... ayo semangat!!

Radio Worship

  © Blogger templates ProBlogger Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP