DITEBANG
"Aku usir istriku dari rumah sudah seminggu ini. Aku suruh pulang, tidak kuantar. Istri apa itu? Gila!! Beberapa bulan ini saja aku sudah harus bayari hutangnya 100 jutaan. Semalam rentenir datang mau nagih 8 jutaan lagi. Masak aku harus disuruh tekor terus? Sejak dia jadi istriku aku sudah habis ratusan juta... %$£!*$£!!!!"
"Terus?" tanyaku
"Ya sudah.. aku cuma ingat perumpamaan pohon ara yang tidak berbuah. Aku sudah usahakan berbagai macam cara untuk merawatnya, memupuknya, semua sudah kulakukan. Tetapi tetap saja tidak berbuah apa-apa. Aku sudah bosan!! Aku tebang saja!"
Pagi ini, dengan tiba-tiba 'mas' ku telpon dengan penuh emosi menceritakan yang terjadi di rumah tangganya.
Aku mengenal dengan baik 'mas' ku yang satu ini, karakternya, sifatnya, amarahnya,.. dan juga kesabarannya. Dan, ini mungkin sudah 'puncak' dari emosinya.
Mengesampingkan 'keruwetan rumah tangganya', aku merenungkan satu ucapan yang dia lontarkan tentang 'ditebang'
Aku mencarinya di Alkitab dan menemukan salah satunya di Lukas 13:6-9.
Mengurus pohon/tanamanan bukan hal yang mudah. Karena sejak kecil hidup di dusun, aku terbiasa dengan pekarangan yang penuh pohon, dari pohon mangga, bunga, sampai tanaman kucai yang mirip rumput. Dari yang hasilnya bisa kami jual ke pasar sampai yang hanya dinikmati keindahannya.
Ibuku mengajarkan aku untuk selalu riang gembira waktu sedang menyiram, menyiangi ataupun merawat tanaman-tanaman tersebut. Awalnya aku pikir, itu karena ibuku ingin lihat aku tulus dan sepenuh hati melakukan perintahnya. Tetapi ternyata bukan hanya untuk itu saja, karena berdasarkan hasil pengamatanku, merawat dengan sukacita memberikan hasil yang berbeda dengan jika kita merawat dengan bersungut-sungut.
Lhoh kok sampai sini sih? Tunggu...
Contoh dari hasil perawatan terlihat nyata di rumahku. Ketika aku sangat sibuk dengan jadwalku,maka biasanya yang menggantikan merawat tanaman adalah keponakanku. Menurut laporan dari adik-adikku, sang keponakan ini selalu menyiram tanaman-tanamanku dengan bersungut-sungut, cemberut, menggerutu, dan hasilnya? Beberapa tanaman selalu mati!! Layu, dan terlihat sangat tidak bersemangat? (whaaa... dilihat darimana lagee???)
Tetapi jika aku yang merawatnya, meski hanya disiram air biasa, hanya 2-3 kali perawatan, mereka terlihat gembira, bersemangat, bahkan mempersembahkan bunga indah... whaaaa... so sweeettt...
Kenapa? Karena biasanya aku menyiramnya sambil cengengesan, bersenandung (daripada senandungku ditolak manusia, 'kan mending bersenandung pada tanaman.. hi hi hi.. salah sendiri fals... hua ha ha ha...)
Trus, apa hubungannya sama pohon ara dan ditebang?
Ditebang, bukan hal yang membuat senang, karena itu adalah alternatif terakhir bagi sebuah pohon yang sudah tua, tidak produktif ataupun dimakan hama/rayap.
Aku ingat, dulu pernah menangis karena pohon bunga kesayanganku, yang setiap hari kusiram dengan susah payah, harus ditebang karena sudah tua dan lapuk.
Jadi selanjutnya bagaimana?
Ditulis di Lukas 13:6-9, Sang pengurus Kebun Anggur telah melakukan yang terbaik untuk tanaman-tanaman itu, tetapi pohon ara itu belum juga berbuah. Jelas saja... pemilik kebun marah.. lhah ini pohon numpang gitu aja di kebunnya kayak parasit, tetapi tidak memberikan timbal balik.
Seperti pohon yang dituntut hasilnya, demikian juga kita di pekarangan rumah Tuhan, itu yang biasa kukatakan pada orang-orangku.
"Ngapain lo ke sini? Cuma duduk, diam, dlongap-dlongop/bengong, menanti berkat dan pulang? Kekristenan tidak hanya bicara soal berkat, pelayanan panggung dan ibadah. Ada banyak hal yang harus dikerjakan, dan kamu tidak akan mengetahuinya jika tidak memiliki kehidupan yang bersekutu erat dalam DIA"
Ditolak, ditebang, dibuang, dimuntahkan, dimurkai, itu beberapa konsekwensi seorang yang mengikut Tuhan. Aku percaya hal ini seharusnya sering dikotbahkan oleh seorang yang mengaku dirinya hamba Tuhan, tetapi pada kenyataannya tidak!
Sebaliknya, pembicara dan pengkotbah-pengkotbah lebih banyak bicara tentang ;pengetahuan-pengetahuan teologis tapi tanpa contoh nyata tindakannya. Mereka lebih banyak berbicara tentang akhir jaman dengan ketakutan, daripada menyadarkan umatNya untuk melakukan kehendak Tuhan pada jamannya.
Bahkan yang aku temukan di pertemuan-pertemuan hamba Tuhan, kecenderungan lebih banyak mempersoalkan teologi ini lebih benar daripada teologi yang lain semakin meningkat tajam, pemahaman yang ini lebih tepat daripada pemahaman yang itu semakin gencar diperdebatkan. Hahhhh!! Memuakkan!!!
Arggghhh... bahkan aku semakin gusar, ketika di sebuah pertemuan aku mendengar bahwa seorang akan lebih mudah naik jabatan kependetaan jika dia mengambil S1, S2... ahhh.. ba%£$%&*tt!!
Apakah kekristenan benar-benar telah menurun ke titik nadir dan kehilangan 'greget'nya?
Ssssttt... tetapi apa yang kubicarakan ini? Mengkritik hamba Tuhan? Mengkritik organisasi Kristen? Mengkritik pribadi-pribadi hamba Tuhan? Atau apa?
Tidak!!
Tetapi aku mengkritik diriku sendiri!! Jika aku telah lebih banyak bicara tetapi tanpa tindakan!
Seperti satu ayat yang 'kembali' kutemukan di Markus 12:33, ... Ia bertanya kepada murid-muridNya: "Apa yang kamu perbincangkan tadi di tengah jalan?"
Bisakah kujelaskan pada Tuhan begini, "Aku tadi sedang bandingkan diriku dengan itu. Aku sedang... ngomongin si anu yang lagi heboh bicara akhir jaman... aku sedang ... ini ... aku sedang itu..."
Jika, aku yang seperti ini saja bisa marah jika seorang bawahanku beralasan ini itu saat pengecekan pekerjaan, bagaimana dengan Tuhan kepadaku?
Sudahlah Ik... urus aja urusanmu sendiri. Lakukan aja yang memang harus kau lakukan. Suara itu kembali berbisik pelan. Hasilkanlah buah sesuai pertobatanmu (Matius 3:8)... tidak usah cari-cari perkara... hasilkanlah buah-buah yang dikehendakiNya. Lipat gandakan talenta yang dipercayakanNya padamu. Sudah Titik!!
Yaps!! Karena aku tak mau mengikuti nasib malang pohon ara yang dikutuk Yesus itu (Markus 11:12-14, 20-22).
Emang seh.. pohon itu kayaknya tidak melakukan kesalahan karena memang sedang tidak saatnya.
Tapi tetepppp... Tuhan adalah Tuhan... Bos segala bos.. yang bisa datang kapan saja, ngecek semau Dia... Nah, apa jadinya kalau 'pas' Dia datang mengecek ternyata aku tidak menghasilkan buah seperti yang dikehendakiNya?
Ditebang? Atau Dikutuk?
Dipulangkan ke 'rumah kegelapan' dan dicerai olehNYA seperti yang dilakukan kakakku itu kepada istrinya?
AhHhh,TIDAAAAAAAAAKKKKKKKKKKK!!!!!
0 comments:
Post a Comment
Post a Comment
Hi sahabat, tengkyu banget udah mau komentar... ayo semangat!!